Bahaya Sinetron Terhadap Perkembangan Anak
Pada
zaman sekarang ini, banyak sekali sinetron yang disiarkandi televisi. Hampir
semua stasiun televisi brlomba untuk memproduksisinetron yang bekerja sama dengan
production
house.
Kebanyakan
sinetron yang ditayangkan adalah sinetron yang bertemakan percintaan. Namun,
ada beberapa sinetron yang bertemakan anak-anak.Rata-rata, sinetron ditayangkan
sekitar petang hingga malam hari.Sinetron yang bertemakan percintan jelas
sangat tidak pantas untuk ditonton dengan anak usia di bawah umur karena mereka
memang belum saatnya untuk mengerti tentang percintaan. Ada pula sinetron yang
bertemakan anak-anak, tentu saja sasaran penontonnya adalah anak-anak. Namun,
beberapa sinetron yang bertemakan anak-anak memiliki dampak negatif. Di dalam
sinetron tersebut, tampak sekumpulan anak SD yang memiliki geng dan menyiksa
teman yang tidak mereka sukai. Seringkali dalam sinetron tersebut, justru membahas
tentang percintaan. Anak usia di bawah umur belum bisa mengetahui mana yang
pantas dan tidak pantas untuk mereka tiru.
Dampak lain dari anak atau
remaja yang keranjingan sinetron adalah mereka akan merasa ketergantungan
dengan televisi, mereka akan malas melakukan untuk melakukan kegiatan lain
selain menonton televisi. Mereka akan cenderung meniru apa yang mereka lihat di
tayangan televise atau sering dikatakan para psikolog ‘what they see is
what they do’ (apa yang mereka lihat adalah apa yang mereka kerjakan).
Selain itu masalah
vulgarisme pun saat ini menjadi masalah dari tayangan – tayangan sinetron.
Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas masyarakatnya adalah
masyarakat muslim yang berkiblat pada kehidupan Timur bukan Barat. Akan tetapi
semakin kesini semakin menjunjung tinggi fashion kebarat – baratan, yang akan
berdampak negatif bagi para generasi muda mendatang. Selain itu jenis
peran yang dimainkan oleh para artis sering kali bertabrakan dengan norma
pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.
Itu semua akan berdampak
negatif bagi perkembangan anak – anak dan remaja. Krisis moral akan muncul
apabila itu semua tidak di hentikan. Dan keadaan ini akan semakin parah jika
orang tua sendiri tidak mampu memberi perhatiannya kepada anak – anaknya, dan
hal ini bisa membuat anak – anak mencari tokoh yang lebih baik menurutnya dari
tempat lain, termasuk sinetron yang ia tonton.
Langkah
yang harus dilakukan orangtua adalah membatasi anak menonton televisi. Kemudian
pilih tontonan yang sesuai dengan usia anak. Sedapat mungkin orangtua atau
orang, dewasa di rumah menahan sementara waktu menonton sinetron sebelum
anak-anak tidur. Jika pun anak meminta nonton sinetron, orangtua tetap harus
mendampingi anak meski saat nonton sinetron anak-anak atau pun religi yang saat
ini marak. “Peran orangtua mendampingi anak menonton untuk mengajarkan bahwa
apa yang ditontonnya tidak semuanya patut ditiru,” jelas Astrid W. E. N, M.psi dalam wawancara di Tabloid Femme .
Namun
yang paling tepat adalah mengarahkan anak melakukan aktivitas lain bersama
anggota keluarga, mengerjakan tugas sekolah, atau hanya berkumpul dan bercanda
bersama keluarga. “Sebaiknya orangtua mengalihkan ke tontonan lain seperti film
edukasi anak atau film kartun yang banyak menampilkan gambar warna, ukuran, dan
jalan cerita sesuai dengan umur anak- anak, juga lebih baik yang bisa melatih
kemampuan pola pikir anak. Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak
melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat, seperti main ludo, atau permainan
edukasi lainnya,” tambah Vera
Itabiliana Hadiwidjojo, Psi. Dalam wawancara Tabloid Femme
Berikut
beberapa tontonan rekomendasi bagi anak Anda:
1.Serial
kartun dan superhero seperti Superman, Naruto, Ninja Hattori, dan Doraemon.
2.Tayangan
yang menyajikan gerakan, tari, nyanyian dan banyak warna seperti Barneys, dan
Jalan Sesama.
3.Tayangan
ensiklopedia atau dokumenter seperti Discovery Channel, Si Bolang atau film
mengenai flora dan fauna.
Lantas
umur berapa anak diperkenankan menonton sinetron? Menurut Astrid anak yang
sudah berumur lebih dari 10 tahun atau sekitar kelas 5-6 SD dianggap telah
mampu membedakan mana yang nyata atau fiksi. “Anak yang belum bisa berpikir
abstrak dan membedakan mana yang nyata atau bohong dengan kisaran umur kurang
dari 10 tahun kurang baik nonton sinetron," pungkas Astrid.
Daftar Pustaka
TABLOID FEMME
Yobeen.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar