Rabu, 22 Oktober 2014

Bahaya Sinetron Terhadap Perkembangan Anak

Bahaya Sinetron Terhadap Perkembangan Anak


Pada zaman sekarang ini, banyak sekali sinetron yang disiarkandi televisi. Hampir semua stasiun televisi brlomba untuk memproduksisinetron yang bekerja sama dengan
production house.

Kebanyakan sinetron yang ditayangkan adalah sinetron yang bertemakan percintaan. Namun, ada beberapa sinetron yang bertemakan anak-anak.Rata-rata, sinetron ditayangkan sekitar petang hingga malam hari.Sinetron yang bertemakan percintan jelas sangat tidak pantas untuk ditonton dengan anak usia di bawah umur karena mereka memang belum saatnya untuk mengerti tentang percintaan. Ada pula sinetron yang bertemakan anak-anak, tentu saja sasaran penontonnya adalah anak-anak. Namun, beberapa sinetron yang bertemakan anak-anak memiliki dampak negatif. Di dalam sinetron tersebut, tampak sekumpulan anak SD yang memiliki geng dan menyiksa teman yang tidak mereka sukai. Seringkali dalam sinetron tersebut, justru membahas tentang percintaan. Anak usia di bawah umur belum bisa mengetahui mana yang pantas dan tidak pantas untuk mereka tiru.

Dampak lain dari anak atau remaja yang keranjingan sinetron adalah mereka akan merasa ketergantungan dengan televisi, mereka akan malas melakukan untuk melakukan kegiatan lain selain menonton televisi. Mereka akan cenderung meniru apa yang mereka lihat di tayangan televise atau sering dikatakan para psikolog ‘what they see is what they do’ (apa yang mereka lihat adalah apa yang mereka kerjakan).

Selain itu masalah vulgarisme pun saat ini menjadi masalah dari tayangan – tayangan sinetron. Indonesia adalah salah satu negara yang mayoritas masyarakatnya adalah masyarakat muslim yang berkiblat pada kehidupan Timur bukan Barat. Akan tetapi semakin kesini semakin menjunjung tinggi fashion kebarat – baratan, yang akan berdampak negatif bagi para generasi muda mendatang. Selain itu jenis peran yang dimainkan oleh para artis sering kali bertabrakan dengan norma pergaulan masyarakat dan belum sesuai dengan tingkat perkembangan psikologinya.

Itu semua akan berdampak negatif bagi perkembangan anak – anak dan remaja. Krisis moral akan muncul apabila itu semua tidak di hentikan. Dan keadaan ini akan semakin parah jika orang tua sendiri tidak mampu memberi perhatiannya kepada anak – anaknya, dan hal ini bisa membuat anak – anak mencari tokoh yang lebih baik menurutnya dari tempat lain, termasuk sinetron yang ia tonton.

Langkah yang harus dilakukan orangtua adalah membatasi anak menonton televisi. Kemudian pilih tontonan yang sesuai dengan usia anak. Sedapat mungkin orangtua atau orang, dewasa di rumah menahan sementara waktu menonton sinetron sebelum anak-anak tidur. Jika pun anak meminta nonton sinetron, orangtua tetap harus mendampingi anak meski saat nonton sinetron anak-anak atau pun religi yang saat ini marak. “Peran orangtua mendampingi anak menonton untuk mengajarkan bahwa apa yang ditontonnya tidak semuanya patut ditiru,” jelas Astrid W. E. N, M.psi dalam wawancara di Tabloid Femme .

Namun yang paling tepat adalah mengarahkan anak melakukan aktivitas lain bersama anggota keluarga, mengerjakan tugas sekolah, atau hanya berkumpul dan bercanda bersama keluarga. “Sebaiknya orangtua mengalihkan ke tontonan lain seperti film edukasi anak atau film kartun yang banyak menampilkan gambar warna, ukuran, dan jalan cerita sesuai dengan umur anak- anak, juga lebih baik yang bisa melatih kemampuan pola pikir anak. Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak melakukan aktivitas yang lebih bermanfaat, seperti main ludo, atau permainan edukasi lainnya,” tambah Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi. Dalam wawancara Tabloid Femme

Berikut beberapa tontonan rekomendasi bagi anak Anda:
1.Serial kartun dan superhero seperti Superman, Naruto, Ninja Hattori, dan Doraemon.
2.Tayangan yang menyajikan gerakan, tari, nyanyian dan banyak warna seperti Barneys, dan Jalan Sesama.
3.Tayangan ensiklopedia atau dokumenter seperti Discovery Channel, Si Bolang atau film mengenai flora dan fauna.


Lantas umur berapa anak diperkenankan menonton sinetron? Menurut Astrid anak yang sudah berumur lebih dari 10 tahun atau sekitar kelas 5-6 SD dianggap telah mampu membedakan mana yang nyata atau fiksi. “Anak yang belum bisa berpikir abstrak dan membedakan mana yang nyata atau bohong dengan kisaran umur kurang dari 10 tahun kurang baik nonton sinetron," pungkas Astrid.

Daftar Pustaka


TABLOID FEMME

Yobeen.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar