Minggu, 23 April 2017

Opini tentang GCG, CSR dan Pasar kompetitif

Opini tentang “ etika bisnis dalam pasar kompetitif dan etika bisnis dalam pasar global “
Pasar persaingan sempurna terjadi ketika jumlah produsen sangat banyak sekali dengan memproduksi produk yang sejenis dan mirip dengan jumlah konsumen yang banyak.
Pada pasar persaingan sempurna terdapat persaingan yang ketat karena setiap penjual dalam satu wilayah menjual barang dagangannya yang sifatnya homogen. Harga pada pasar persaingan sempurna relatif sama dengan para pesaing usaha lainnya. Konsumen tentu akan memilih produsen yang dinilai mampu memberikan kepuasan.

Adapun hal yang menjadi faktor kepuasan itu adalah tingkat pelayanan dan fasilitas-fasilitas penunjang.
Sifat-sifat pasar persaingan sempurna :         
1. Mudah untuk masuk dan keluar dari pasar
2. Sulit memperoleh keuntungan di atas rata-rata     
3. Barang yang dijual sejenis, serupa dan mirip satu sama lain         
4. Jumlah penjual dan pembeli banyak         
5. Posisi tawar konsumen kuat          
6. Penjual bersifat pengambil harga  
7. Harga ditentukan mekanisme pasar permintaan dan penawaran  
Ada dua etika yang harus di pegang oleh para pelaku pasar agar pasar selalu dalam kondisi ideal dan fairness, yaitu:          

        1. Adanya optimasi manfaat barang oleh pembeli dan penjual. Dapat diartikan sebagai pertemuan antara kebutuhan pembeli dengan penawaran barang oleh penjual. Bertemunya dua hal ini, menjadikan barang yang ditransaksikan membawa manfaat, dan menghilangkan kemubadziran dan kesia-siaan.     

       2. Pasar harus dalam kondisi ekuiblirium. Teori ekonomi mengenal ekuiblirium sebagai titik pertemuan antara demand dan supply. ekuiblirium diartikan sebagai titik pertemuan persamaan hak antara pembeli dan penjual. Hak yang seperti apa Hak pembeli untuk mendapatkan barang dan hak penjual untuk mendapatkan uang yang sepantasnya dari barang yang dijualnya. Dalam konteks hak ini, kewajiban-kewajiban masing-masing pihak harus terpenuhi terlebih dahulu, kewajiban bagi penjual untuk membuat produk yang berkualitas dan bermanfaat dan bagi pembeli untuk membayar uang yang sepantasnya sebagai pengganti harga barang yang dibelinya.

Opini tentang “ hubungan perusahaan dengan stake holder/CSR “
Setiap perusahaan harus memiliki dana CSRnya masing – masing, dana CSR ini diambil dari laba yang dihasilkan oleh perusahaan tidak lebih dari 5% dari laba yang didapat. Dana CSR yang terkumppul ini digunakan untuk penanggulangan bencana nasional, penelitian dan pengembangan, fasilitas pendidikan, pembinaan olah raga, dan infrastuktur sosial.
Kewajiban Pelaporan Penerima Sumbangan
Badan penanggulangan bencana dan lembaga atau pihak yang menerima sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional harus menyampaikan laporan penerimaan dan penyaluran sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk setiap triwulan.
Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya CSR selain dalam rangka penanggulangan bencana nasional wajib menyampaikan laporan penerimaan sumbangan kepada Direktur Jenderal Pajak paling lambat pada akhir Tahun Pajak diterimanya sumbangan dan/atau biaya.
Lembaga penerima sumbangan dan/atau biaya yang mempunyai NPWP melaporkan sumbangan dan/atau biaya di atas sebagai lampiran laporan keuangan pada SPT Tahunan  Pajak Penghasilan Tahun Pajak diterimanya sumbangan.

Opini tentang “ Good Corporate Governance “

Good Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) adalah suatu subjek yang memiliki banyak aspek. Salah satu topik utama dalam tata kelola perusahaan adalah menyangkut masalah akuntabilitas dan tanggung jawab/ mandat, khususnya implementasi pedoman dan mekanisme untuk memastikan perilaku yang baik dan melindungi kepentingan pemegang saham. Fokus utama lain adalah efisiensi ekonomi yang menyatakan bahwa sistem tata kelola perusahaan harus ditujukan untuk mengoptimalisasi hasil ekonomi,  dengan penekanan kuat pada kesejahteraan para pemegang saham. Ada pula sisi lain yang merupakan subjek dari tata kelola perusahaan, seperti sudut pandang pemangku kepentingan, yang menunjuk perhatian dan akuntabilitas lebih terhadap pihak-pihak lain selain pemegang saham, misalnya karyawan atau lingkungan. Prinsip – prinsip dari GCG ini adalah transparan, Accountability, Responsibility dan fairness.

sumber :
https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg-2/
http://gharseno.blogspot.co.id/2014/05/perhitungan-dan-kewajiban-biaya-csr.html
http://produkaan.blogspot.co.id/2016/10/etika-dalam-pasar-kompetitif.html

Minggu, 16 April 2017

Budaya organisasi serta kendalanya dalam kinerja bisnis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Dalam hal ini setiap perusahaan pasti memiliki budaya yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dalam budaya organisasi ini bertujuan untuk membuat organisasi menjadi lebih baik dan berinovasi kedepan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Ada beberapa fungsi – fungsi budaya seperti :
1.      Batas
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas; artinya, budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat 
unik suatu organisasi dan membedakannya dengan organisasi lainnya.
2.      Identitas
Budaya memuat rasa identitas suatu organisasi.
3.      Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu.
4.      Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan karyawan.
Dalam penerapannya pasti ada kendala yang akan dihadapi seperti:
1.      Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.

2.      Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.

3.      Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.

4.      Lemahnya penegakan hukum
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
Sumber-sumber Budaya Organisasi
Budaya organisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1.      Pengaruh umum dari luar yang luas
Mencakup faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau hanya sedikit dapat dikendalikan oleh organisasi.
2.      Pengaruh dari nilai-nilai yang ada di masyarakat
Keyakinan-keyakinan dn nilai-nilai yang dominan dari masyarakat luas misalnya kesopansantunan dan kebersihan.
3.      Faktor-faktor yang spesifik dari organisasi
Organisasi selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam mengatasi baik masalah eksternal maupun internal organisasi akan mendapatkan penyelesaian-penyelesaian yang berhasil. Keberhasilan mengatasi berbagai masalah tersebut merupakan dasar bagi tumbuhnya budaya organisasi.
Ciri-ciri Budaya Organisasi
Ada 7 ciri-ciri budaya organisasi adalah:
1.      Inovasi dan pengambilan resiko. Sejauh mana karyawan didukung untuk menjadi inovatif dan mengambil resiko.
2.      Perhatian terhadap detail. Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan kecermatan, analisis dan perhatian terhadap detail.
3.      Orientasi hasil. Sejauh mana manajemen memfokus pada hasil bukannya pada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
4.      Orientasi orang. Sejauh mana keputusan manajemen memperhitungkan efek pada orang-orang di dalam organisasi itu.
5.      Orientasi tim. Sejauh mana kegiatan kerja diorganisasikan sekitar tim-tim, ukannya individu.
6.      Keagresifan. Berkaitan dengan agresivitas karyawan.
7.      Kemantapan. Organisasi menekankan dipertahankannya budaya organisasi yang sudah baik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah
Cut Out barbershop didirakan pada tahun 2001 yang didirikan oleh bapak Mardi yang membangun barbershop ini dengan modal sendiri. Barbershop ini beralamat di jalan raya Sentosa  no. 26 kota Depok. Lokasi yang sangat strategis karena terletak di jalan protokol, dimana jalan tersebut banyak sekali dilalui oleh angkutan umum.

Dalam hal ini berkaitan dengan teori yang dipilih budaya organisasi pada barbershop ini sangat mengedepankan kepuasan pelanggan, sebanyak apapun pelanggan yang sedang menunggu dalam antrian, karyawan tetap mengedepankan kepuasan pelanggan dengan cara tetap teliti, sabar dan tidak terburu – buru dalam menjalankan tugasnya. Tetapi disamping itu kendala yang selalu dihadapi oleh perusahaan ini ialah seringnya karyawan yang keluar masuk dikarenakan penghasilan yang tidak mencukupi karena sistem pembayaran sesuai dengan berapa banyak pelanggan yang ditangani.

B. Struktur Organisasi


Text Box: Pemilik
(Bp. Mardi)
 












C. Data keuangan
Pendapatan Perhari Rp. 15.000 x 40 =  RP. 600.000
Pendapatan perbulan Rp. 600.000 x 30 =                   Rp. 18.000.000
Biaya – biaya
Biaya Tetap                 Rp. 4.520.000

Biaya Variabel Rp. 3.250.000+
Total Biaya                                                                  Rp. 7.770.000 -
Laba Kotor                                                                  Rp. 10.230.000
Pajak (10% x 10.230.000)                                           Rp. 1.023.000 -_
Laba Bersih                                                                 Rp. 9.207.000
D. Hubungan Materi Dengan Usaha Yang Dipilih
Usaha barbershop “Cut Out barbershop” ini sudah menjalankan budaya organisasi dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan terlaksananya perusahaan transparan dalam setiap mengambil keputusan dan meminta pendapat dari struktur organisasi yang ada. Kedua perusahaan tersebut telah memiliki identitas budaya organisasi yang kuat. Ketiga perusahaan tersebut memiliki komitmen bahwa kepentingan organisasi lebih penting dibandingkan kepentingan pribadi (diri sendiri). Ke-empat dengan adanya budaya maka stabilitas sistem sosial akan meningkat sebab budaya merupakan perekat sosial yang menyatukan organisasi dengan menyediakan standar mengenai apa yang harus dilakukan oleh organisasi demi kebaikan organisasi.


BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dalam penerapan budaya organisasi memiliki peran penting, karena budaya organisasi membuat sebuah organisasi menjadi pembeda dengan para pesaingnya, dengan cara pelayanan yang tetap teliti dan sabar pada saat pengunjung penuh demi memberikan pelayanan yang memuaskan untuk para pelanggannya
Dalam penerapan budaya organisasi ini juga memiliki beberapa kendala, seperti seringnya karyawan yang keluar masuk, sehingga banyak dari para pelanggan yang sudah terbiasa dengan karyawan yang lama, harus menyesuaikan lagi dengan yang baru dan dapat dipastikan juga karyawan baru harus bisa menyesuaikan diri dengan budaya organisasi yang sudah ada.

B. Saran
Dalam hal ini, diharapkan pemilik bisa meningkatkan gaji dari para karyawannya agar tidak terjadi lagi karyawan yang keluar masuk, dan dengan cara itu pula dapat menjaga budaya organisasi yang tetap sama dan dapat membuat pelanggan tetap menjadi lebih nyaman dikarenakan sudah mengertinya karyawan dengan pelanggan yang ditanganinya



Daftar Pustaka

https://tiaan96.wordpress.com/2016/11/22/pengertian-budaya-organisasi-dan-perusahaan-hubungan-budaya-dan-etika-kendala-dalam-mewujudkan-kinerja-bisnis-etis/